Kisah Cinta Sukma (Sunaryono Basuki Ks)


KISAH CINTA SUKMA
Cerpen: Sunaryono Basuki Ks

Entah apa yang akan terjadi pada Sukma yang telanjur jatuh cinta pada tiga lelaki pada waktu yang sama? Semua tampan, semua kaya, semua penuh perhatian, semua setia dan semua segera meminangnya. Lalu, siapa yang harus diterima? Menolak Adrian Majid yang sudah punya kedudukan bagus di tempat kerjanya sama dengan membuang berlian ke selokan. Menolak Agus Supono sama dengan membuang rasa rindu yang selalu berkobar saat bertemu dengannya. Agus selalu memberinya debar, dan debar itu tetap berulang-ulang walau Sukma berhadapan dengan Rusdi yang kumisnya tipis dan senyumnya selalu menawan banyak perempuan.

"Entah apa yang akan terjadi pada diriku sebab aku jatuh cinta pada tiga orang lelaki sebaya yang semuanya tampan, kaya, setia, penuh perhatian, dan, dan, entah apa lagi," keluh Sukma.

Siapakah yang harus mendengar keluh Sukma? Bukankah jatuh cinta dan dicintai merupakan anugerah Tuhan yang besar? Dan debar cinta di dadanya bukan suatu kesalahan. Sukma tidak merasa bersalah telah jatuh cinta pada tiga orang lelaki pada waktu yang bersamaan. Tak ada beda saat jatuh cinta pada Adrian, Agus Supono, atau Rusdi. Semua serasa sama, semua mendebarkan, semua menggairahkan, semua menjanjikan. Gila!

"Kamu memang gila Sukma," kata Lisa. "Mestinya kamu pilih salah seorang dan tak memberi harapan pada dua lainnya."

"Bagaimana aku mampu memilih salah seorang kalau semuanya sama baiknya, semuanya sama mendebarkannya? Bagaimana?"

"Kamu harus pakai hatimu. Intuisimu. Diamlah sejenak dan tanya hati nuranimu sendiri. Orang bilang, hati kecilmu. Apa yang dibisikkannnya?"

"Sudah berkali-kali aku tanya hatiku, dan jawabannya sama saja. Ambil semuanya,"

"Ini benar-benar gila. Kamu mau praktekkan poliandri, dan tiga lagi! Kenapa tak empat sekalian?" Lisa menyemprot Sukma dengan rasionya.

Sukma tak bisa berpikir jernih menurut Lisa, namun Sukma merasa bahwa pikirannya jernih. Dia menimbang dengan hati dan pikiran, dengan selera dan cinta, semuanya jelas, bahwa dia memang benar-benar mencintai ketiga lelaki itu.

Saat Adrian pergi, dia dengan segera dapat merindukan Agus Supono tanpa mengurangi rasa rindunya pada lelaki pertama. Saat Agus tak lagi di sampingnya, dia dengan segera merindukan Rusdi tanpa kehilangan rindunya pada Adrian dan Agus. Aneh? Sukma tak merasakan keanehannya.

Di kota besar ini wajar kalau saat dia keluar makan malam dengan Adrian, dia tak bertemu dengan Agus atau Rusdi. Ketiga lelaki itu punya selera yang berbeda-beda dalam menentukan tempat makan. Adrian sangat suka sea food, dan selalu memilih restoran sea food terbaik. Mereka sering makan di restoran Samudera di puncak BRI Tower. Dari sana mereka menikmati panorama Jakarta di waktu malam, kelap-kelip lampu bangunan dan lampu kendaraan yang tak putus-putusnya.

Lampu-lampu itu tak pernah memberi kesempatan bintang gemintang di langit Jakarta untuk mempertontonkan dirinya yang elok. Apalagi udara terasa berkabut terus menerus, dan mereka harus puas dengan gemerlap ratusan ribu lampu merkuri. Dari BRI Tower ini, Seribu Kunang-kunang di Manhattan*) terasa bagai dongeng.

Jakarta mungkin lebih modern dari Manhattan, sehingga nuansa pedesaan dalam judul kisah itu tak terasa. Adrian paling suka menguliti kepiting di piringnya, seolah menelanjanginya, lembar demi lembar pakaiannya.Wajahnya selalu bersinar kalamana berhasil mengupas kepiting dan mengisap dagingnya sampai Sukma merasa menggigil seolah disedot mulut lelaki itu. Pernahkah dia menyedotnya, atau Sukma hanya berkhayal tentangnya? Sensasi seksual yang muncul hanya dari khayalan?

Adrian juga sangat suka menguliti udang goreng yang terhidang. Memang, mula-mula pelayan membawa ke meja mereka udang yang masih hidup dan menawarkan apakah udang itu dimasak di atas meja. Adrian tersenyum dan memandang Sukma yang ragu, tetapi kemudian Sukma setuju menyaksikan binatang itu menggeliat sekarat dalam air mendidih di atas meja makan mereka, sementara keduanya menonton dengan takjub. Dulu petarung-petarung Sparta berlaga hidup mati dan penonton malah bersorak-sorak. Kalau ada yang kalah, terdengar teriakan agar pecundang dibunuh saja. Kenikmatan macam itukah yang mereka rasakan sekarang dalam bentuknya yang berbeda namun dalam esensinya yang sama? Saat Adrian mengupas kulit udang, Sukma merasa ditelanjangi, lalu disantap dengan lahap.

Agus Supono sangat berbeda. Entah karena dia berasal dari Madiun, maka dia sangat menyukai pecel. Dengan mobil mereka menelusuri jalan Jakarta, dan setelah mendapat info santap dari sebuah koran, memburu kenikmatan di warung pecel Madiun yang terletak di tepi jalan, bukan di sebuah restoran mewah, tetapi benar-benar pada sebuah warung. Walau terletak di jalan yang jauh dari keramaian, warung itu sekarang ramai dikerumuni pembeli yang kebanyakan mengendarai mobil, dan saat meninggalkan warung dengan mulut setengah kepedasan, memuji-muji pecel yang dijual di situ. Agus juga sangat bangga dengan masakan khas pecel Madiun.

"Di kota kelahiranku, pecel dihidangkan sebagai menu sarapan. Setiap mulut orang Madiun selalu merindukannya. Kadang, kami juga menyantap lempeng gapit, yakni dua lembar krupuk puli dengan pecel yang digapitnya."

Sukma melihat mata Agus yang berkilat-kilat saat bercerita dan menyantap pecel yang pedas. Anehnya, Sukma juga menyukai masakan pedas itu dan matanya ikut berlinang air. Agus juga bercerita, bahwa orang Madiun dulu sangat membanggakan jeruk Nambangan, yakni jeruk Bali yang dihasilkan oleh daerah Nambangan, secuplik daerah di Madiun agak selatan. Namun, budidaya jeruk Bali itu sekarang berpindah ke Magetan, dan di Madiun, jeruk Nambangan menjadi bagian kisah masa lalu.

Nampak mata Agus berkaca-kaca menceritakan kisah sedih itu, dan Sukma merasa ingin meletakkan kepala Agus di dadanya, mengelus-elusnya, dan membiarkan mulut lelaki itu mengendus-endus dadanya bagaikan seorang bayi yang merindukan kasih sayang ibunya.

Rusdi sering mengajaknya ke Restoran Minang, lantaran dia memang asli Urang Minang. Kegemarannya menyantap rendang tak bisa reda walau sebetulnya dia dilahirkan di Jakarta dan memegang KTP DKI. Seumur hidup dia hanya sekali pulang ke kampung halamannya. Sukma dibawanya bekelana dari satu warung Padang ke warung Padang yang, dan saat berkunjung, dia selalu mengajak pelayannya berbahasa Minang. Namun, suatu ketika dia merasa kecewa saat memasuki sebuah Restoran Padang yang pelayannya tak seorang pun bisa berbahasa Minang. Bahkan pemiliknya, bukan orang Minang tetapi berasal dari Singaraja. Pak Nyoman memang pebisnis yang ulet, dan tahu peluang bisnis dengan Restoran Padang yang tak penah sepi, dia membuka beberapa restoran yang menyajikan masakan Padang. Ditanggung halal, sebab juru masaknya tidak seorang pun yang berasal dari Bali. Hanya beberapa pelayan memang Buleleng asli, kerabat Pak Nyoman yang mendambakan kerja.
Rendang harus dimasaki dalam waktu yang lama, supaya daging menjadi empuk dan bumbu terasa merasuk ke dalam daging.

"Kenapa kamu tak menjadi pengusaha restoran saja?" tanya Sukma.

Rusdi hanya tersenyum.

"Orang Minang kalau perlu jadi presiden, bukan hanya pemilik lepau."

"Tetapi, kalau kamu punya dua puluh lepau yang besar, ditambah beberapa puluh cabang lagi di berbagai kota, bukankah penghasilanmu menyaingi penghasilan presiden?"

"Gengsinya lain. Siapa yang mengelu-elukan pemilik lepau?"

Kata Rusdi, kita harus bersungguh-sungguh saat memasak rendang, saat memasak gulai otak, dan pada saatnya kita dapat menyantap masakan lezat.

Sukma merasa dirinya telah dibumbui, dimasak dalam waktu lama, dan kemudian siap disantap sebagai hidangan lezat.

Apa yang salah dengan cinta Sukma? Dia selalu membayangkan sensasi seksual yang luar biasa saat bersama Adrian, atau Agus Supono, atau Rusdi. Dan sekarang, saat Lisa mendampratnya, dia tidak tahu harus memilih siapa? Sukma hamil namun dia tak tahu dengan pasti siapa ayah bayinya?

Dia ingat, pada suatu hari, siang sampai malam, dia bercinta dengan Adrian, dengan Agus Supono, dan dengan Rusdi, dan, hal itu terjadi berulang-ulang, sebagaimana dia berulang-ulang mengalami kepuasan yang luar biasa dengan masing-masing dari ketiga lelaki itu. Dan saat Lisa menyemprotnya, dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa? Minta Adrian bertanggung jawab, dia takut kehilangan Agus Supono. Minta Agus bertanggung jawab, dia takut kehilangan Adrian dan Rusdi.

Apakah Sukma harus menjadi perempuan pertama di dunia yang mempunyai tiga orang suami sekaligus pada waktu yang bersamaan, dan anaknya nanti akan memanggil "Papa" kepada tiga ayah yang berbeda? Sukma binggung atau merasa tenang-tenang saja? Lisa yang bingung memikirkan sahabatnya yang luar biasa ini.

Namun, Lisa juga tak mau mewarisi salah seorang dari tiga lelaki itu, walaupun memang benar, mereka tampan, setia, penuh perhatian, dan kaya raya. Apalagi, siapa tahu lelaki yang diwarisinya justru ayah bayi itu. Ah.***

Singaraja 21-23 Juni 2007

Catatan kaki:
*) "Seribu Kunang-kunang di Manhattan" judul cerpen Umar Khayam.

0 comments:

Post a Comment

 

From Zero to Hero Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger