ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAGI SEKTOR PERTANIAN

              Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap sektor pertanian dan potensial mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Meningkatnya suhu rata-rata, perubahan pola dan intensitas curah hujan pada sektor pertanian menyebabkan terjadinya perubahan pola tanam dan pola produksi pertanian. Penyebab utama perubahan iklim adalah kegiatan manusia yang berkaitan dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca yang mendorong terjadinya pemanasan global.
            Indonesia kini tengah memasuki akhir dari musim pancaroba dan akan memasuki musim kemarau. Musim kemarau dapat dikaitkan dengan minimnya curah hujan yang menyebabkan kelangkaan sumber air dan mengakibatkan kekeringan, terutama pada sektor pertanian. Bali merupakan salah satu provinsi yang beberapa daerahnya telah terjadi kekeringan selama tiga bulan terakhir di tahun 2014. Menurut analisa Stasiun Klimatologi Negara (BMKG) tiga bulan terakhir (Oktober-Desember 2014) terdapat beberapa daerah yang mengalami kekeringan seperti Dawan, Klungkung, Pekutatan, Mengwi, Seririt.
            Beberapa upaya perlu dilakukan untuk dapat mengurangi dampak dari perubahan iklim seperti penanaman varietas tanaman yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tidak menggunakan pola tumpang sari yang mempunyai potensi terjadi gangguan hama yang kompleks. Tindakan antisipasi perubahan iklim juga perlu dilaksanakan seperti melakukan pemetaan daerah-daerah yang sensitif terhadap penyimpangan iklim, meningkatkan kemampuan peramalan untuk dapat mengantisipasi lebih awal, pembuatan waduk untuk menampung air hujan dan menggunakannya untuk irigasi pada saat kekurangan air.

            Tindakan antisipasi perubahan iklim di sektor pertanian perlu dilaksanakan secepat mungkin. Mengingat telah terjadi banyak permasalahan di Indonesia baru-baru ini terkait dengan kenaikan harga beras. Kenaikan harga beras terjadi akibat rendahnya hasil produksi di sektor pertanian Indonesia yang menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras dari luar negeri. Joko Widodo selaku Presiden Indonesia menegaskan tidak akan ada yang namanya impor beras dari luar. Ketegasan Jokowi menandakan bahwa dia percaya akan hasil produksi sektor pertanian di Indonesia, sehingga harga hasil panen para petani tidak akan menurun akibat adanya impor dari luar. Hal yang harus dihadapi para petani di Indonesia kedepan adalah musim kemarau, dimana terjadi kelangkaan air, dan kekeringan di beberapa daerah di Indonesia. Untuk itu para petani perlu melakukan perencanaan jangka panjang dalam mengantisipasi perubahan iklim agar dapat meningkatkan hasil panen.       



Bali Post, 3 Maret 2015
   

0 comments:

Post a Comment

 

From Zero to Hero Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger