Debu Vulkanik Berdampak Buruk bagi Penerbangan

Friday 17 July 2015
   Kamis(9/7), Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali terpaksa menunda jadwal penerbangan dari Australia menuju Bali yang disebabkan adanya debu vulkanik akibat letusan Gunung Raung, Jawa Timur. Pergerakan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Raung di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur berdampak serius terhadap jalur transportasi udara di Bali. Dampak abu vulkanik Gunung Raung ini telah mengakibatkan sejumlah bandara ditutup, yakni Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Bandara Internasional Lombok, dan Bandara Selaparang Mataram. Dikabarkan bahwa jadwal penerbangan menuju wilayah Bali akan dilanjutkan esok hari sampai informasi tentang kondisi udara atas dinyatakan aman. 

     Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar mengabarkan bahwa terdapat pergerakan abu vulkanik yang mengarah ke timur utara sampai di Buleleng pada Rabu kemarin. Berdasarkan data yang diterima, pergerakan abu vulkanik Gunung Raung berada pada level 13 sampai 15 kaki. Hal ini yang menyebabkan penerbangan di Bandara Ngurah Rai sementara di cancel. 

        Letusan gunung berapi tentu saja sangat berbahaya bagi dunia penerbangan. Debu vulkanik yang dihasilkan akibat letusan gunung berapi mampu menyebabkan kerusakan pada mesin pesawat. Partikel debu vulkanik ini sangat kecil, tidak kasat mata. Saat sudah menyebar di angkasa, debu bahkan tidak bisa dideteksi oleh radar. Ketika suatu pesawat masuk ke daerah yang berdebu, maka debu akan masuk ke dalam engine yang mengakibatkan kompresor kotor sehingga menyebabkan udara yang masuk ke engine menjadi berkurang. Hal ini akan membuat engine menjadi kehilangan daya. Tidak hanya itu, apabila debu vulkanik sampai masuk ke dalam turbin akan menyebabkan power engine pesawat menjadi turun dan yang paling buruk engine akan mati.

      Kejadian serupa pernah dialami oleh pesawat Boeing B747-200 milik British Airways pada tahun 1982. Pesawat mengalami kematian mesin mendadak dan turun dengan cepat akibat debu vulkanik dari letusan Gunung Galunggung, Garut. Pesawat dengan rute penerbangan Inggris menuju Australia ini terpaksa mendarat darurat di Bandara Halim Perdanakusuma akibat mesin pesawat mati karena kemasukan debu vulkanik. Beruntung mesin pesawat kembali hidup setelah mati beberapa saat, sehingga pesawat Boeing B747-200 dapat mendarat dengan selamat.

   Pengaruh debu vulkanik akibat letusan gunung berapi berdampak sangat buruk bagi dunia penerbangan. Debu vulkanik yang mampu menyebabkan kerusakan pada mesin pesawat akan sangat berdampak terhadap keselamatan penumpang. Informasi yang cepat, akurat, dan ter-update sangat dibutuhkan disini. Memberikan peringatan dini tentang cuaca bandara, penundaan jadwal penerbangan, merupakan suatu langkah antisipasi demi terwujudnya keselamatan para penumpang pesawat udara.


                                          Bali Post, 11 Juli 2015

ANCAMAN El Nino Juli-November

        Indonesia kini tengah memasuki musim kemarau terhitung sejak bulan Juni 2015. Akibat musim kemarau, tak sedikit wilayah di Indonesia yang mengalami kekeringan. Di sejumlah wilayah di Tanah Air masyarakat sudah mulai menyuarakan kondisi yang mereka alami akibat kekeringan ini. Misalnya tanaman cabai, padi, sayuran dan lainnya yang layu mongering. Kekeringan yang melanda beberapa wilayah di Indonesia akan berdampak negatif terhadap sector pertanian. Hal ini akan menyebabkan turunnya produksi pertanian yang mengakibatkan kerugian finansial bagi para petani. Kerugian akibat gangguan musim ini tentu saja menambah panjang daftar kesulitan petani yang sudah terbebani berbagai komponen biaya selama proses pertanian dikerjakan. 

        Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau yang melanda wilayah di Indonesia disebabkan adanya dampak El Nino. El Nino diperkirakan akan mengancam Indonesia pada bulan Juli-November 2015. Diprediksi terdapat beberapa wilayah akan mengalami kekeringan seperti Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. 

     Perlu diketahui fenomena El Nino merupakan gejala gangguan iklim yang diakibatkan oleh naiknya suhu permukaan laut Samudera Pasifik sekitar khatulistiwa bagian tengah dan timur. Naiknya suhu di Samudera Pasifik ini mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan yang ada di atasnya. Pada saat normal hujan banyak turun di Australia dan Indonesia, namun akibat El Nino ini hujan banyak turun di Samudera Pasifik sedangkan di Australia dan Indonesia menjadi kering. 

     Mengingat bencana kekeringan yang luas di Indonesia pada tahun 1997, saat itu Indonesia mengalami kasus kebakaran hutan yang mengakibatkan asapnya menyebar ke negara tetangga. Kebakaran hutan yang melanda banyak kawasan di Pulau Sumatera dan Kalimantan saat itu, memang bukan disebabkan oleh fenomena El Nino secara langsung. Namun kondisi udara kering dan sedikitnya curah hujan telah membuat api menjadi mudah berkobar dan merambat dan juga sulit dikendalikan. Di sisi lain, kekeringan dan kemarau panjang juga menyebabkan banyak wilayah sentra pertanian mengalami gagal panen karena distribusi curah hujan yang tidak memenuhi kebutuhan tanaman. Gagal panen bisa saja berdampak pada krisis pangan jika tidak dilakukan langkah-langkah antisipasi lebih awal. 

        Ancaman El Nino harus diwaspadai. Sudah cukup banyak kerugian yang di alami negara akibat dampak dari kekeringan yang disebabkan oleh El Nino. Pemerintah dan dinas terkait hendaknya mengambil langkah-langkah antisipatif guna mengurangi kerugian baik yang dialami para petani dan sector pertanian maupun masyarakat pada umumnya.


                                          Bali Post, 9 Juli 2015


 

From Zero to Hero Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger