MENILIK POTENSI BENCANA DI AMBON

MENILIK POTENSI BENCANA DI AMBON


Negeri ibu pertiwi akhir-akhir ini sedang banyak dilanda musibah. Pertama dari bencana hidrometeorologis yaitu bencana banjir, yang telah melanda DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, Karawang, Subang, Pati, Blitar dan beberapa kota lain di Indonesia. Bahkan di Manado terjadi banjir bandang yang telah menelan korban sebanyak 19 jiwa dan 2.091 orang mengungsi, dilansir dari liputan6.com tanggal 22 kemarin. Selain itu tersebar juga isu akan terjadinya tsunami di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), yang berawal berawal dari terperosoknya sebuah truk ke bawah Jembatan Boulevard yang jalannya amblas, tetapi hal itu cuma isu  yang tidak bertanggung jawab karena tsunami biasanya terjadi karena gempa tektonik dengan kekuatan lebih dari 7 SR, mempunyai kedalaman kurang dari 100 km, pusat gempa di laut, dan jenis patahan naik atau turun.
Tidak hanya banjir yang menerjang Indonesia, di Karo, Sumatra Utara terjadi erupsi Gunung Sinabung. Sejak dinaikkannya status Gunung ini menjadi waspada oleh Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada sempetember 2013, warga yang berada di sekitar puncak Gunung Sinabung terpaksa mengungsi. Erupsi Gunung Sinabung kali ini membuat pengungsi Gunung Sinabung frustasi, karena sejak pertengahan september 2013 terakhir mereka harus meninggalkan tempat tinggal, serta ladang mata pencarian mereka. Memang dari data yang tercatat di Pos Pengamatan Gunung Sinabung, tanda-tanda berakhirnya erupsi  Gunung Sinabung belum terlihat dan dari 24 November 2013 hingga memasuki tahun baru status Gunung Sinabung berada pada level tertinggi (Awas). Terjadi peningkatan dan penurunan aktivitas secara fluktuatif membuat prediksi berakhirnya erupsi gunung sinabung sulit untuk diterka. Awan panas serta abu vulkanik terus di keluarkan dari kawah Gunung Sinabung. Gunung Sinabung ini sebelumnya mempunyai status Gunung kategori B atau tidak aktif. Tetapi aktivitas magma yang signifikan pada tanggal 27 Agustus 2010 di bawah lapisan bumi membuat gunung berapi ini akttif dan berubah memjadi Gunung kategori A (Gunung berapi Aktif).
Secara umum aktifitas magma di bawah gunung berapi erat kaitannya dengan aktifitas lempeng tektonik yang berada di sekitar gunung Api tersebut. Subduksi atau penyusupan lempeng indo Australia ke dalam lempeng Eurasia membentuk deretan gunung berapi aktif atau biasa disebut Ring Of Fire. Dan bagaimana yang terjadi di Provinsi Maluku ? Apakah potensi bencana ini bisa terjadi di Maluku khususnya di Kota Ambon ?
Potensi Bencana Alam
Secara umum terdapat dua jenis pertemuan lempeng yang berada di Provinsi Maluku yaitu daerah tapal kuda Maluku yang mengelilingi laut banda dan sesar sorong yang memanjang melintasi pulau seram dan pulau buru yang dikarenakan pertemuan antar lempeng Eurasia dengan Lempeng Australia. Hal ini mengakibatkan daerah di Maluku tidak bisa lepas dengan potensi gempa bumi dan tsunami. Begitu juga di Ibukota Provinsi, Ambon. Terdapat beberapa sesar aktif yang berada di daratan pulau Ambon. Tercatat dari data Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) selama tahun 2012 tercatat 14 gempa bumi yang dirasakan II-IV MMI di kota Ambon. Dengan intensitas gempa tersebut berarti warga kota Ambon merasakan getaran kecil hingga getaran yang mengakibatkan jendela berderik dan menyebab gerabah pecah. Selain itu menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tanggal 26 Maret 2006 terdapat gempabumi yang mengakibatkan 3 orang meninggal dan 1269 orang mengungsi. Data ini memperlihatkan bahwa kota Ambon merupakan daerah rawan gempa bumi tetapi dengan data ini warga kota Ambon tidak perlu panik. Dengan melihat peringatan dini gempabumi maupun tsunami di website BMKG, maka kerugian yang akan ditimbulkan gempabumi bisa diminimalisir dan juga jangan mudah percaya dengan isu tsunami jika terjadi gempabumi yang kuat dirasakan.
Selain potensi gempa bumi dan tsunami terdapat potensi bencana alam yang lain seperti angin puting beliung serta banjir. Menurut dari data hujan bulanan dari Deputi Klimatologi BMKG untuk bulan Januari diprediksi curah hujan menengah antara 151 sampai 200 mm, bulan Februari masih dengan curah hujan menengah antara 201 hingga 300 mm, dan pada bulan Maret curah hujan diprediksi menurun antara 101-150 mm. Dari data tersebut terlihat puncak curah hujan terjadi pada bulan Februari sehingga warga Ambon perlu mewaspadainya. Menurut data dari BNPB, di Kota Ambon pernah terjadi banjir tepatnya pada hari senin tanggal 30 Juli 2013. Banjir ini dikarenakan hujan deras yang terus mengguyur Kota Ambon semenjak senin malam dan mengakibatkan 11 orang meninggal, 8 orang luka-luka dan 4390 warga kota Ambon mengungsi. Sebenarnya masalah banjir adalah masalah klasik yang terjadi di berbagai kota besar di Indonesia ketika musim penghujan. Yang perlu dilakukan oleh pemerintah kota setempat dan masyarakat adalah memperbaiki, membersihkan dan menjaga sistem drainase hingga saat hujan lebat turun, air hujan dapat mengalir mudah ke laut.
Pada hari senin tanggal 13 Januari kemarin Kota Ambon dilanda hujan lebat yang disertai angin kencang yang menyebabkan beberapa pohon tumbang. Maka dari itu perlunya warga Ambon untuk mengetahui informasi dini mengenai data hujan, angin kencang dan gelombang tinggi. Hal ini bisa diketahui dari data meteorologi di website BMKG.
Secara umum, masyarakat dituntut untuk sadar akan potensi bencana alam yang berada di daerahnya karena Indonesia adalah supermarket bencana alam. Tidak ada yang menjamin Indonesia terlepas dari bencana alam sekalipun hanya dalam satu hari. Pemerintah sudah baik dalam memfasilitasi mitigasi bencana alam ini, dari badan negara yang menyangkut peringatan dini seperti BMKG dan Badan Geologi Kementrian ESDM, hingga badan negara yang menyangkut penanggulangan bencana alam seperti BASARNAS dan BNPB.
Oleh :Yusuf Haidar Ali ( Staf Stasiun Geofisika Kelas I Ambon )    

0 comments:

Post a Comment

 

From Zero to Hero Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger