MUNGKINKAH HUJAN TURUN JAUH DARI AWANNYA

MUNGKINKAH HUJAN TURUN JAUH DARI AWANNYA


Oleh : Achmad Zakir

Ada Awan Belum Tentu hujan


Mungkin kita masih ingat pelajaran tentang buah apel apabila sebuah apel jatuh dari pohonnya, maka apel tersebut tidak akan jauh dari pohonnya!, konsep ini dikemukan oleh Isaac Newton, perumpamaan buah apel tersebut akhirnya mengeluarkan teori tentang gravitasi, dimana setiap benda yang ada di permukaan bumi dan benda-benda yang melayang diatmosfer akan terpengaruh dengan gaya gravitasi. Bagaimana dengan awan apakah sama perlakuannya dengan buah apel tersebut ? Seperti kita ketahui bahwa awan adalah kumpulan partikel uap air yang melayang-layang diudara, awan mempunyai gerak dan energy, kenapa kok tidak jatuh kepermukaan bumi ? Jawabannya jelas awannya tidak akan jatuh kepermukaan bumi, tapi partikel upa air yang ada didalam awan tadi yang jatuh kepermukaan bumi sebagai akibat gaya gravitasi bumi, sebab gaya dialami oleh partikel uap air tadi lebih kecil dibandingkan oleh gaya gravitasinya, maka partikel tadi jatuh sebagai hujan.
Bicara soal awan memang harus memahami terlebih dahulu tentang micro fisisnya, dimulai dari adanya partikel uap air yang menyatu dan berkelompok-kelompok dan inilah sebenarnya yang terlihat oleh kita sebagai awan. Dalam awan tidak hanya terdiri dari uap air melainkan terdiri dari : partikel air ukuran kecil , partikel ukuran besar, partike es dan partikel sejenis salju, lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini :
Gambar diatas menjelaskan kepada kita bahwa awan dalam masa pertumbuhan terdiri dari ukuran kecil dan ukuran besar, setelah dalam tahapan matang atau tahap sudah siap untuk jatuh ke permukaan bumi terdiri dari berbagai macam jenis ukuran mulai dari yang berukuran kecil hingga berbentuk ukuran partikel es, pada saat inilah hujan mulai turun kemudian berangsur-angsur partikel awan tadi berkurang. Partikel-partikel tersebut akan jatuh kepermukaan bumi tergantung dari gaya yang dialami oleh partikel tersebut dan gaya gravitasinya. Oleh sebab itu sekarang dapat merasakan atau mengalami hujan ringan atau gerimis, hujan lebat bahkan hujan es, dan salju. Bahkan sering juga kita alami ketika langit penuh awan yang berwarna gelap seolah-olah akan terjadi hujan lebat tapi malah tidak turun hujan, dengan demikian pendapat kita sama : ada hujan pasti ada awan dan ada awan belum tentu hujan

Ukuran dan Jenis Awan


Jenis awan yang sering dikenal didunia pakar cuaca sebenarnya banyak sekali, hanya yang sering digunakan dalam operasional sehari hari, kita kenal dengan 10 jenis awan berdasarkan ketinggiannya (sumber: cloud wmo.pdf), yaitu :
  1. Awan Tinggi : cirrus, cirrostratus dan cirrocumulus
  2. Awan Menegah : altocumulus, altostratus dan nimbostratus
  3. Awan rendah : cumulus, stratocumulus, stratus dan cumulonimbus
Dari ketiga jenis awan berdasarkan ketinggian tersebut, kita dapat mengenali apakah hujan akan turun kebat atau ringan atau berlangsung lama. Untuk Jenis awan tinggi kecil kemungkinan untuk turun hujan apalgi hujan lebat, sedangkan jenis awan menengah umumnya hujan yang akan turun hujan ringan atau hujan sedang dan berlangsung lama serta merata, untuk jenis awan rendah umumnya hujan yang turun kepermukaan bumi akan hujan lebat, dapat berlangsung singkat, dapat juga berlangsung lama. Untuk fenomena hujan lebat yang disertai angin kencang serta petir pasti berasal dari awan rendah berjenis cumulonimbus, yaitu jenis awan yang bergumpal padat kadang berwarna gelap atau abu-abu.
Suatu daerah atau wilayah dapat saja sekaligus tertutup oleh awan, akan tetapi tidak semuanya awan tersebut menimbulkan hujan, untuk jelasnya perhatikan gambar dibawah ini
Gambar diatas memperlihatkan, suatu daerah yang tertutup oleh awan-awan hujan, meskipun telah diliputi awan gelap tapi tidak semua awan menimbulkan hujan, hanya beberapa luasan daerah saja yang turun hujan. Ukuran awan-awan hujan yang berpotensi akan turun hujan sekitar 2 km, perhatikan gambar dibawah ini:
Dari gambar diatas dapat dimengerti bahwa untuk jenis awan rendah yang biasa menimbulkan hujan lebat mempunyai ukuran kurang lebih sekitar 2 km. Apabila jenis awan rendah bercampur dengan jenis awan menengah dan awan tinggi tersebut menutupi wilayah Jakarta, bahkan sampai menutupi seluruh wilayah bodetabek atau sekaligus menutupi wilayah Jawa bagian barat, maka tidak menutup kemungkinan beberapa wilayah juga akan turun hujan dengan sifat yang berbeda-beda, ada wilayah yang hujan lebat saja, ada juga wilayah yang hanya berawan atau hujan gerimis.

Awan di Musim Hujan


Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa ada hujan pasti ada awan dan ada awan belum tentu terjadi hujan, sifat awan yang tumbuh setiap hari akan berbeda-beda, adakalanya tumbuh ditempat adakalanya tumbuh ditempat yang berbeda, tergantung dari tophografi suatu daerah dan sirkulasi udaranya.
Ketika suatu daerah mengalami musim kemarau, maka jenis awan yang tumbuh kebanyakan jenis awan tinggi yang tidak mungkin akan turun hujan apalagi hujan lebat, meskipun ada awan rendah biasanya hujan tidak berlangsung lama dan bersifat lokal artinya dalam suatu tempat tidak semuanya akan turun hujan bahkan tempat lain terang benderang, diantara awan-awan tersebut terdapat celah-celah cahaya matahari. Setlah turun hujan kecil kemungkinan untuk turun hujan lagi dihari berikutnya.
Ketika suatu daerah mengalami musim pancaroba apakah peralihan dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya, tidak setiap hari awan-awan akan menutup sebagian daerah atau tempat, awan yang tumbuh di musim peralihan kebanyakan jenis awan rendah yang mendatangkan hujan secara sporadis atau tidak merata, selalu muncul pada siang hari dan terjadinya hujan pada sore hari terkadang pada malam hari, namun tidak semua daerah mengalami hujan. setelah awan rendah tersebut sudah menurunkan hujannya, kecil kemungkinan untuk turun kedua kalinya ditempat yang sama. Hujan yang turun di musim peralihan lebih lebih lama dibandingkan hujan yang turun pada musim kemarau, dapat saja terjadi 1-3 hari yang umumnya terjadi pada sore atau malam hari.
Lain halnya pada wilayah yang sedang mengalami musim hujan, contoh bulan Februari 2013 ini wilayah Jawa bagian barat termasuk Jabodetabek, Banten, Jawa barat. Sifat hujan selalu terjadi pada tengah malam dan berlanjut hngga pagi hari, liputan awannya pun tidak hanya tumbuh disekitar Jakarta bahkan hampir seluruh wilayah Jawa bagian barat tertutup awan, jenis awannya pun bercampur aduk mulai dari awan rendah, awan menengah dan awan tinggi. Lamanya pertumbuhan awannyapun seakan-akan tidak pernah berhenti untuk menutupi suatu wilayah. Setelah hujan turun, maka awan tersebut tidak serta merta berhenti menurunkan hujannya untuk yang kedua kalinya melainkan awan-awan tersebut tumbuh lagi dan tumbuh lagi, akhirnya terjadilah hujan yang merata. Jadi awan yang tumbuh di musim hujan mengalir terus menerus, apakah berasal dari yang tumbuh di daerahnya maupun yang bergerak dari tempat lain. Ketika Jakarta mengalami musim hujan awan-awan bergerak dari berbagai jurusan seperti dari arah pantai utara Jakarta bahkan dari arah selat sunda ditambah pertumbuhan yang ada di Jakarta itu sendiri, tetapi apa yang terjadi, kenyataannya hujan yang terjadi mempunyai takaran dan intensitas yang berbeda-beda.
Sebagai contoh saja tabel dibawah ini adalah tabel yang menjelaskan catan curah hujan ketika terjadi banjir pada periode 17-19 Januari 2013:
Tabel tersebut menjelaskan bahwa meskipun awan-awan hujan menutupi wilayah Jabodetabek, tetapi takaran curah hujannya tidak sama, coba bandingkan dengan liputan awan dibawah ini :
Dari kedua gambar diatas, garis putus-putus berwarna merah adalah sebaran awan hujan disekitar Jawa bagian Barat. Dari gambar tersebut terlihat bahwa seluruh Jawa bagian barat termasuk Jabodetabek, lantas berapa jumlah awan kesleuruhannya dan berapa curah hujan yang dapat diukur. Apabila luas daerah (asumsi saja) yang dibatasi garis warna merah mempunyai luasan sekitar 250.000 km persegi, maka jumlah awannya kurang lebih sekitar 125.000 awan. Tentunya awan-awan tersebut tidak semuanya menurunkan hujan tergantung dari kelembapan dan besarnya ukuruan butiran airnya.

Hujan tidak mungkin jauh dari awannya


Mungkin awan yang ada di Ujung Kulon atau di Sukabumi atau yang ada di Selat Sunda atau yang ada di banten dapat mewakili catatan curah hujan yang ada di Jakarta ? jawabannya pasti tidak bisa, sebab awan yang ada di Jakarta pasti hujannya juga di Jakarta, dan awan yang ada di Ujung Kulon pasti ukuran hujannya juga ada di Ujung Kulon.....ingat teori pohon dan apel berlaku juga terhadap teori awan dan hujan. Hal ini dapat dibuktikan dengan catatan curah hujan seperti pada tabel diatas. Salah satu alasan ilmiah yang dapat saya kemukan yaitu bahwa hanya unsur hujan yang bersifat deskrit artinya data curah hujan tidak dapat mewakili daerah yang lainnya, untuk unsur cuaca lainnya seperti angin, suhu udara, kelembapan udara masih dimungkinkan dapat mewakili. Oleh karena sifatnya yang diskrit itulah maka BMKG perlu alat pencatat hujan yang banyak dan serapat mungkin, hal ini agar cuaca yang terjadi diseluruh pelosok sampai dengan tingkat kecamatan dapat terpantau secara terus menerus. Perlu kajian yang serius hubungan antara awan yang tumbuh di selat sunda atau di Ujung Kulon atau yang jauh dari wilayah Jabodetabek terhadap pengukuran curah hujan di Jakarta ? Hal yang menarik, awan dimusim hujan di wilayah Jabodetabek adalah pergerakan awan selalu dari arah barat (banten) dan perairan utara Jakarta dan bukan dari arah Ujung Kulon atau dari Sukabumi, sampai tulisan ini dibuat belum ada para pakar cuaca yang tertarik untuk menelitinya.

0 comments:

Post a Comment

 

From Zero to Hero Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger