PERCAKAPAN TENTANG SAKIT
Cerpen: Setiyo
Bardono
"Mak,Indah
ingin makan apel." "Tunggu ya Nak,Bapakmu belum pulang."
"Mengapa harus menunggu Bapak?" "Tadi pagi,Emak sudah pesan pada
Bapak,kalau pulang beli apel di stasiun."
"Emang
Bapak punya uang,Mak." "Mudah-mudahan hari ini Bapak dapat banyak
rezeki hingga bisa beliin Indah apel yang banyak.Makanya Indah doain Bapak
ya..." "Iya,Mak." "Nah, gitu dong. Itu baru Indah, anak
Emak yang cantik."
"Mak,biasanya
kalau sakit kan
banyak yang nengokin.Kayak waktu kita ikut nengokin Ibu Dede, Ibu Roni, Ibu
Raihan.... Enak yaMak...Ada
yang bawa buah-buahan. Ada
yang ngasih makanan. Ada
yang ngasih uang." "Hus... kamu ini, sakit kok dibilang enak."
"Memang begitu kan ,Mak."
"Tapi
Indah nggak dirawat di rumah sakit?" "Jadi Indah harus dibawa ke
rumah sakit biar ditengokin orang-orang?" "Kalau di kampung ini
biasanya begitu, Nak." "Kalau begitu, mengapa Indah tidak dibawa ke
rumah sakit saja?" "Uang Emak tidak cukup untuk biaya berobat ke
rumah sakit.Bapakmu belum dapat kerjaan tetap.Kamu tidur ajadulu ya,sambil
nungguBapak pulang.Mudahmudahan Bapak pulang bawa apel."
"Tapi
Indah ingin apel dari orangorang." "Kan sama saja, Nak." "Enggak
mau... Indah mau apel dari orang-orang." "Ssst...diam dulu Nak,tuh
dengar ada pengumuman dari masjid."
"Perhatian
bagi Ibu-Ibu warga RT 01 RW 04 yang ingin ikut menjenguk Ibu Hajjah Nuriyah
yang sedang di rawat di Rumah Sakit Waras Medika,harap berkumpul di rumah Ibu
Ria nanti sore pukul tiga lebih tiga puluh. Sekali lagi, pukul tiga lebih tiga
puluh.Terima kasih atas perhatiannya." ***
"Indah,anak
saya sakit keras Pak RT." "Sakit apa?" "Sepertinya
demam.Badannya panas, kadang muntah-muntah. Semalam tak henti-hentinya dia
mengigau." "Sudah diperiksa ke dokter?" "Belum Pak
RT?" "Waduh, jangan sampai terlambat Mas. Jangan-jangan Indah kena
demam berdarah."
"Periksa
ke dokter kan
biayanya mahal Pak RT." "Ke puskesmas kan bisa." "Hari minggu kan puskesmas tutup Pak
RT." "Iya, ya. Kalau begitu kasih obat penurun demam saja."
"Sudah Pak RT, saya sudah beli obat yang sering diiklankan di televisi
itu. Katanya begitu minum langsung baikan, ternyata panasnya gak turun
juga.Mana harga obatnya lumayan mahal lagi."
"Namanya
juga iklan, Mas. Jadi apa yang bisa saya bantu Mas Paijo." "Maaf Pak
RT, sebenarnya saya malu mengatakannya... Indah hanya ingin makan apel.Kalau
kemauannya dituruti pasti dia akan lebih baikan." "Belikan saja, kan di stasiun murah. Lima ribu dapat lima . Kalau nggak punya
uang, pakai uang saya saja. Gitu aja kok repot."
"Kalau
itu,saya juga tahu Pak RT.Setiap hari saya kan naik kereta.Tadi sudah saya belikan,tapi
Indah tidak mau makan." "Memangnya kenapa?" "Indah ingin
apel pemberian orangorang." "Maksudnya?" "Wah..saya jadi
malu.Begini Pak RT... Sepertinya Indah ingin dijenguk ibu-ibu warga kampung
kita dan diberi apel seperti orang-orang lain yang sakit." "Oh
gitu..."
"Namanya
juga anak-anak. Harap maklumlah Pak." "Jadi saya harus mengumpulkan
ibuibu untuk menjenguk Indah?" "Terserah Pak RT saja. Nggak usah banyak-banyak
juga nggak apa-apa.Dua atau tiga orang saya kira sudah cukup" "Tapi kan Indah belum dibawa
ke rumah sakit. Bagaimana saya harus mengumpulkan warga."
"Bilang
saja Indah sakit keras. Memangnya harus dibawa ke rumah sakit dulu baru warga
bisa menjenguknya?" "Ya, tidak begitu mas Paijo.Tapi kalau sudah
dirawat di rumah sakit,warga jadi tahu bahwa sakit Indah benar-benar parah.Saya
juga lebih enak ngomong-nya." "Tapi Indah benar-benar sakit
pak." "Saya tahu, tapi kalau tidak dibawa ke rumah sakit, nanti warga
bilang, walah baru demam aja minta dijenguk."
"Jadi
Indah harus saya bawa ke rumah sakit dulu?" "Lebih baik begitu.Bukan
hanya agar bisa dijenguk warga, yang lebih penting agar penyakit Indah bisa
dideteksi." "Saya juga bermaksud begitu pak RT, tapi saya sedang
tidak punya uang.Biaya rumah sakit kan
mahal." "Waduh gimanaya.Jadi serbasalah nih." "Jadi Pak RT
tidak bisa menolong saya?" "Bukan begitu,Mas" "Jadi gimana
dong" "Begini saja, nanti saya bicarakan dengan Ketua
Pengajian."
"Kalau
bisa sore ini Pak RT,saya takut Indah kenapa-napa." "Iya, saya
tahu.Tapi sebentar lagi, Ibuibu akan berangkat menjenguk Ibu Hajjah Nuriyah.Mas
Paijo kan
dengar sendiri tadi sudah ada pengumumamnnya dari musala. Nggak enak kan sama Ibu Nuriyah.
Sudah dua hari ia dirawat di Rumah Sakit Waras Medika. Kabarnya sih mau
dioperasi. Bagaimana kalau besok pagi saja."
"Kan
Ibu Nuriyah orang kaya, punya rumah makan dan anaknya jadi pengusaha
semua.Tanpa dijenguk pun ia bisa membayar biaya rumah sakit." "Jangan
begitu Mas Paijo. Kita tidak boleh membeda-bedakan orang." "Kalau
begitu, Pak RT juga jangan membeda-bedakan Indah dong." "Iya tapi Ibu
Nuriyah sakit lebih dulu. Dan sekarang terbaring di rumah sakit menunggu
operasi kanker kalau nggak salah.Pokoknya penyakit orang kayalah."
"Indah
tidak saya bawa ke rumah sakit karena nggak ada biaya. Harusnya anak saya yang
ditolong lebih dulu". "Waduh,saya jadi tambah bingung nih."
"Begini saja Pak RT. Bagaimana kalau sebelum berangkat Ibu-ibu disuruh
mampir ke kontrakan saya dulu." "Waduh, kan Rumah Sakit Waras Medika jauh pak. Tahu
sendiri jalanjalan di ibukota seringnya macet. Kalau ibu-ibu pada ribut, nanti
saya juga yang kena komplain,Mas" "Sebentar saja,lima menit juga cukup." "Besok pagi
saja, Mas. Saya nggak enak sama Ibu-ibu." ***
"Walah,
baru demam saja minta ditengokin." "Namanya juga anak-anak bu."
"Emang sekarang di mana?" "Di rumah bu." "Saya kira
dibawa ke rumah sakit." "Saya nggak punya uang buat bawa Indah ke
rumah sakit." "Kita ini buru-buru mau ke rumah sakit, sore ini kita kan ibu-ibu sudah
sepakat untuk nengokin Ibu Hajjah Nuriyah di Rumah Sakit Waras Medika."
"Saya
tahu bu.Tapi sebentar saja,biar Indah puas" "Nanti kita terlambat bu.
Jam besuknya kan
antara jam empat sampai jam enam sore. Bagaimana kalau besok pagi saja, atau
nanti malam sepulang dari besuk Ibu Hajjah Nuriyah." "Iya Bu Paijo,
besok aja deh kita nengokin Indah. Nggak mungkin to, kita batal besuk Ibu
Hajjah Nuriyah." "Maaf lho, bu. Bukannya mau beda-bedain, tapi
rencana sore ini kanudahmenjadi kesepakatan kita. Bahkan warga sudah banyak
yang iuran buat besuk Ibu Nuriyah. Nggak enak kalau dibatalin begitu
saja." ***
"Gimana
Bu..." "Katanya besok,Pak." "Tapi badan Indah semakin panas
bu. Sewaktu Ibu tinggal, Indah juga muntah sampai empat kali." "Apa
dibawa ke dokter saja?" "Bapak punya uang?" "Nggak
sih." "Ke puskesmas saja." "Hari minggu kan puskesmas tutup." "Oalah,
Pak... Kenapa Indah harus sakit di hari Minggu?" "Bukan hanya jangan
sakit di hari Minggu bu. Kalau bisa jangan sakit di Jakarta dan sekitarnya."
"Jakarta dan
sekitarnya.... Seperti adzan magrib saja. Mungkin memang beginilah nasib orang
miskin. Makanya Bapak yang bener cari kerjaannya" "Jangan bilang
begitu Bu.Bapak juga sedang berusaha. Maklumlah, Bapak kan cuma lulusan SMP. Sabar ya... Gusti Allah
tidak tidur, semua pasti ada jalan keluarnya." "Gusti Allah memang
tidak pernah tidur. Kamunya saja yang tidak pernah salat,makanya rezeki kita
seret. " "Udah... udah... ah. Jangan diungkitungkit terus." ***
"Bu,
Indah ingin makan apel." "Iya, Nak. Itu apelnya sudah ada. Ibu
kupasin ya..." "Indah maunya apel dari orangorang." "Entar,
ya... Ibu-ibu belum pulang dari rumah sakit." "Indah maunya
sekarang." "Pak...gimana ini.Badan Indah semakin panas saja." "Gimana
kalau kita bawa saja ke rumah sakit." "Yang mau bayar siapa?"
"Ya, gimana entar sajalah. Aku takut Indah kenapa-napa."
"Kalau
begitu, coba Bapak ke rumah Pak RT lagi. Siapa tahu kali ini dia bisa menolong.
Kalau nggak coba cari pinjaman ke rumah pak Husein." "Hutang yang
dulu saja belum lunas Bu.Bunganya juga semakin menumpuk. Nanti kita bayarnya
pakai apa?" "Ya, dicoba dulu Pak. Ngomong baikbaik, barangkali Pak
Husein mau memberi pinjaman tanpa bunga." "Tanpa bunga? Sepertinya
mustahil Bu.Tapi ya, udah-lah, Bapak akan coba bicara dengan Pak Husein. Tunggu
sebentar ya..." ***
"Wah,rumah
sakitnya bagus banget ya." "Iya, pasti biayanya mahal. Apalagi Ibu
Hajjah Nuriyah dirawat di ruang VIP. Bisa habis puluhan juta tuh..."
"Kalau aku, punya uang segitu, mendingan buat beli rumah. Nggak enak kan , bertahun-tahun
hidup ngontrak melulu." "Anak-anaknya juga baik-baik semua.
Udahkaya,baik lagi.Kapan saya bisa punya anak-anak seperti itu."
"Ibu
Hajjah Nuriyah memang beruntung punya anak-anak seperti mereka."
"Iya, ya. Tadi anak yang paling tua, malah nraktir kita semua makan fried
chicken. Sebenarnya nggak enak, nyumbang cuma goceng, ditraktir makan enak.
He... he..." "Nggak enak sih nggak enak. Tapi kayaknya kamu tadi
nambah ya." "Enak aja.Bukannya kamu juga nambah." "Udah...
udah... gitu aja ribut." "Iya, tuh.Kayak nggak pernah makan enak
saja." "We... sirik. Kamu sendiri seringnya beli ikan asin di warung
Bu Ijah.Udah itu ngutang lagi."
"Walah...
kayak kamu nggak pernah ngutang aja. Sekarang kamu kan nggak pernah belanja di warung Bu
Ijah.Takut ditagih utang tuh." "Udah... udah... baru njenguk orang
sakit kok ya pada ribut to... Tuh lihat kita udah nyampe...."
"Bang...Stop Bang.Sampai di sini saja." "Iya,Bang.Di sini
saja,kalau di depan musala, jalannya kejauhan." "Ayo, turunnya jangan
berebut." "Iya, nih...Orang kok badannya gedegede amat, jadi sulit
turun."
"Sst,
jangan ribut. Dengar tuh ada pengumuman dari musala." "Innalillahi wa
innailaihi rojiun. Diberitahukan kepada seluruh warga RT I RW IV, telah
meninggal dunia dengan tenang Indah Ratna Juwita Binti Paijo. Dimohon kepada
seluruh warga, terutama anak-anak muda, untuk bisa membantu persiapan pemakaman
yang Insya Allah akan dilaksanakan besok pukul sepuluh pagi." ***
Depok,
22 Desember 2007
0 comments:
Post a Comment